”FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI MANAJEMEN LABA”
MANAJEMEN
LABA
Manajemen
laba sebagai suatu proses mengambil langkah yang disengaja dalam batas prinsip
akuntansi yang berterima umum baik didalam maupun diluar batas General Accepted
Accounting Principle (GAAP). Menurut Schipper (1989) Manajemen laba adalah
campur tangan dalam proses penyusunan pelaporan keuangan eksternal dengan
tujuan untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan pribadi. Selain itu dikemukakan
juga oleh Healy & Wahlen (1999) bahwa Manajemen laba terjadi apabila
manajer menggunakan penilaian dalam pelaporan keuangan dan dalam struktur
transaksi untuk mengubah laporan keuangan guna menyesatkan pemegang saham
mengenai prestasi ekonomi perusahaan atau mempengaruhi akibat-akibat perjanjian
yang mempunyai kaitan dengan angka-angka yang dilaporkan dalam laporan
keuangan.
Teori
Keagenan (Agency Theory)
Timbulnya
manajemen laba dapat dijelaskan dengan teori agensi. Sebagai agen, manajer
secara moral bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik
(principal) dan sebagai imbalannya akan memperoleh kompensasi sesuai dengan
kontrak. Dengan demikian terdapat dua kepentingan yang berbeda didalam
perusahaan dimana masing-masing pihak berusaha untuk mencapai atau
mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki Manajer sebagai
pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek
perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik (pemegang saham). Manajer
berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik.
Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi
seperti laporan keuangan.
Laporan
keuangan tersebut penting bagi para pengguna eksternal terutama sekali karena
kelompok ini berada dalam kondisi yang paling besar ketidakpastiannya.
Ketidakseimbangan penguasaan informasi akan memicu munculnya suatu kondisi yang
disebut sebagai asimetri informasi (information asymmetry). Asimetri antara
manajemen (agent) dengan pemilik (principal) dapat memberikan kesempatan kepada
manajer untuk melakukan manajemen laba (earnings management) dalam rangka
menyesatkan pemilik (pemegang saham) mengenai kinerja ekonomi perusahaan
menunjukkan adanya hubungan positif antara asimetri informasi dengan manajemen
laba.
Sasaran
Manajemen Laba
Menurut
Ayres (1994:27-29) terdapat unsur-unsur laporan keuangan yang dapat dijadikan
sasaran untuk dilakukan manajemen laba yaitu :
- Kebijakan Akuntansi.
Keputusan
manajer untuk menerapkan suatu kebijakan akuntansi yang wajib diterapkan oleh
suatu perusahaan, yaitu antara menerapkan akuntansi lebih awal dari waktu
yang ditetapkan atau menundanya sampai saat berlakunya kebijakan tersebut.
- Pendapatan.
Dengan
mempercepat atau menunda pengakuan akan pendapatan.
- Biaya.
Menganggap
sebagai beban/ biaya atau menganggap sebagai suatu tambahan investasi
atas suatu biaya (amortize or capitalize of investment).
Alasan
Dilakukan Manajemen Laba
Alasan
dilakukan manajemen laba karena:
- Manajemen laba dapat meningkatkan
kepercayaan pemegang saham terhadap manajer. Manajemen laba berhubungan
erat dengan tingkat perolehan laba atau prestasi usaha suatu organisasi,
hal ini karena tingkat keuntungan atau laba dikaitkan dengan
prestasi manajemen dan juga besar kecilnya bonus yang akan diterima oleh
manajer.
- Manajemen laba dapat memperbaiki
hubungan dengan pihak kreditor. Perusahaan yang terancam
default yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran utang pada
waktunya, perusahaan berusaha menghindarinyadengan membuat kebijakan
yang dapat meningkatkan pendapatan maupun laba. Dengan demikian akan
memberi posisi bargaining yang relatif baik dalam negoisasi atau
penjadwalan ulang utang antara pihak kreditor dengan perusahaan.
- Manajemen laba dapat menarik
investor untuk menanamkan modalnya.
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Manajemen Laba
Berdasarkan
yang dilakukan olehWatts dan Zimmerman (1986) secara empiris membuktikan bahwa
hubungan principal dan agent sering ditentukan oleh angka akuntansi. Hal ini
memacu agent untuk memikirkan bagaimana angka akuntansi tersebut dapat
digunakan sebagai sarana untuk memaksimalkan kepentingannya. Salah satu bentuk
tindakan agent tersebut adalah manajemen laba. Faktor-faktor yang diajukan oleh
Watt dan Zimmerman adalah:
- Hipotesis Bonus Plan.
Perusahaan
dengan bonus plan cenderung untuk menggunakan metode akuntansi yang akan
meningkatkan income saat ini.
- Debt To Equity Hypothesis.
Bahwa
pada perusahaan yang mempunyai rasio debt to equity besar maka manajer
perusahaan tersebut cenderung menggunakan metode akuntansi yang akan
meningkatakan pendapatan atau laba.
- Political Cost Hypothesis
Bahwa
pada perusahaan yang besar, yang kegiatan operasinya menyentuh sebagian besar
masyarakat akan cenderung untuk mengurangi laba yang dilaporkan.
Model-model
Manajemen Laba
Ada
beberapa bentuk manajemen laba yaitu:
- Taking a bath
Dalam bentuk jika manajemen harus melaporkan kerugian, maka manajemen akan
melaporkan dalam jumlah besar. Dengan tindakan ini manajemen berharap dapat
meningkatkan laba yang akan datang dan kesalahan kerugian piutang perusahaan
dapat dilimpahkan ke manajemen lama, jika terjadi pergantian manajer.
- Income Minimization (menurunkan
laba)
Dalam bentuk ini manajer akan menurunkan laba untuk tujuan tertentu,
misalnya: untuk tujuan penghematan kewajiban pajak yang harus dibayar perusahaan
kepada pemerintah. Karena semakin rendah laba yang dilaporkan perusahaan
semakin rendah pula pajak yang harus dibayarkan.
- Income Maximization (meningkatkan
laba)
Dalam bentuk ini manajer akan berusaha menaikkan laba untuk tujuan
tertentu, misalnya: menjelang IPO manajer akan meningkatkan laba dengan harapan
mendapatkan reaksi yang positif dari pasar.
- Income Smoothing (perataan laba)
Income smoothing dilakukan dengan meratakan laba yang dilaporkan, dengan tujuan
pelaporan eksternal, terutama bagi investor, karena umumnya investor menyukai
laba yang relatif stabil.
Manajemen
laba mempunyai dampak pada kebermanfaatan informasi laba dalam pengambilan
keputusan. Perusahaan yang menggunakan kebijakan akuntansi agresif (positive
discretionary accruals) mempunyai biaya modal lebih tinggi dibandingkan dengan
perusahaan yang menerapkan kebijakan akuntansi konservatif (negative
discretionary accruals).
Manajemen
laba dapat sinkron dengan kebermanfaatan informasi laba dalam pengambilan keputusan
tetapi dapat juga tidak. Oleh sebab itu, diperlukan berbagai alternatif solusi
atas masalah yang timbul akibat manajemen laba yang dapat tidak sesuai dengan
kebermanfaatan laba dalam pengambilan keputusan, dan solusi tersebut tidak
menimbulkan masalah baru.
Salah
satu alternatif adalah pemberlakuan standar akuntansi yang lebih ketat tetapi
masih memberi peluang bagi manajemen dalam melakukan pemilihan kebijakan
akuntansi dalam batas wajar untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, misalnya
untuk mengkomunikasikan informasi privat yang dapat meningkatkan keinformasian
laba, atau untuk tujuan efficient contracting berbasis laba. Standar akuntansi
yang lebih ketat dapat meningkatkan kualitas laba, tetapi perlu diperhatikan
bahwa standar akuntansi yang lebih atau terlalu ketat dapat meningkatkan
manajemen laba total (manajemen laba akuntansi dan manajemen laba real)
serta meningkatkan biaya manajemen laba.
https://mikoedoankz.wordpress.com/2013/11/14/manajemen-laba/