HEBOH
BERAS PELASTIK (TINJAUAN DARI PERLINDUNGAN HAK ASASI RAKYAT)
Masyarakat
Indonesia sedang dihebohkan dengan pemberitaanberas plastik yang diduga berasal dari
Tiongkok. Beras plastik pada dasarnya adalah beras yang dioplos dengan beras
sintetis yang terbuat dari plastik.
Isu
beras plastik ini wajar membuat masyarakat kuatir mengingat nasi adalah makanan
pokok masyarakat Indonesia. Setidaknya dengan terkuaknya beras plastik ini
seharusnya membuat masyarakat lebih jeli lagi dalam membeli beras. Jika Anda
terlanjur memiliki stok beras dalam jumlah banyak di rumah tidak ada salahnya
segera diperiksa. Untuk membedakan beras asli dan beras
plastik memang harus teliti, karena sekilas keduanya sama saja. Sebaiknya
masyarakat mengenali ciri beras sintetis ini agar terhindar membeli dan
mengonsumsi beras plastik. Sebenarnya bagaimana ciri-ciri beras plastik? Perbedaan
antara beras plastik dan beras asli dapa dilihat dan dikenali antara lain dari
bentuk, warna serta teksturnya.
Berikut
ciri-ciri antara beras plastik dan beras asli :
Bentuk
Beras
sintetis memiliki bentuk yang lebih mulus dan bagus dibanding beras asli yang
terkadang terlihat pecah-pecah dan gompal.
Bila
dilihat dari ujung-ujung bulir beras, pada beras asli terdapat warna putih di
setiap ujungnya yang merupakan zat kapur yang mengandung karbohidrat. Sedang
beras bercampur plastik tidak ada warna putihnya. Jika direndam di dalam air, maka beras asli
airnya akan bewarna putih dan beras akan lembek menjadi bubur. Sedangkan beras
plastik jika direndam hasilnya tidak akan menyatu dan airnya tidak akan berubah
menjadi putih dan di ujung-ujungnya tidak ada warna putih zat kapur.
Ciri
lainnya adalah jika beras plastik ditaruh di atas kertas maka terlihat beras
tidak natural, berbentuk lengkung, tidak ada patahan. Kalau dipatahkan akan
pecah menjadi bentuk kecil-kecil. Sedangkan beras asli bentuk bulirnya sedikit
menggembung dan kalau dipatahkan hanya terbela menjadidua.
Warna
Beras sintetis memiliki warna yang lebih bening bersih, hampir mirip dengan kaca. Sedangkan beras asli umumnya memiliki warna putih susu, tidak terlalu putih dan tidak terlalu kekuningan.
Warna
Beras sintetis memiliki warna yang lebih bening bersih, hampir mirip dengan kaca. Sedangkan beras asli umumnya memiliki warna putih susu, tidak terlalu putih dan tidak terlalu kekuningan.
Tekstur
Tekstur beras sintetis lebih keras daripada beras asli. Beras yang asli kalau digigit bulirnya cenderung mudah patah.
Tekstur beras sintetis lebih keras daripada beras asli. Beras yang asli kalau digigit bulirnya cenderung mudah patah.
Tampilan
beras asli memiliki guratan dari bekas sekam padi, sedangkan beras plastik
bentuknya agak lonjong dan pada bulirnya tidak terlihat guratan.
Nasi
Matang
Selain
itu beras plastik ini juga bisa dibedakan dari nasi yang sudah matang. Menurut
Chef Nurman dari Hotel Discovery Sky Ancol, nasi yang dihasilkan dari beras
asli akan terasa berbeda dengan nasi yang dihasilkan dari beras plastik. Menurut
Chef Nurman, saat diolah, beras sintetis yang terbuat dari beras plastik akan
lebih sulit menjadi kering dan tidak bisa bercampur. "Beras sintetis kalau
dimasak tidak bisa bercampur seperti beras asli dan sulit kering,” katanya.
Nasi
yang dihasilkan juga memiliki rasa dan tekstur yang berbeda. “Nasi dari beras
sintetis akan terasa seperti rasa plastik sedangkan nasi asli akan memiliki
rasa tawar dan sedikit manis,” jelas Chef Nurman sebagaimana dikutip dari
portal Okezone.com. Dengan informasi tentang ciri-ciri beras plastik ini diharapkan
masyarakat tidak salah lagi dalam memilih beras yang asli, karena cara
mengenali dan membedakannya mudah asalkan kita teliti.
Hasil
uji laboratorium yang dilakukan Sucofindo membuktikan kebenaran beras plastik,
namun hal ini berbeda dengan Penelitian Puslabfor Mabes Polri yang menyebut
tidak ada bahan plastik pada sampel beras yang sebelumnya disebut-sebut
mengandung beras sintetis. Hal ini akhirnya berbuntut dengan dipolisikannya
Dewi Septiani, pelapor beras plastik. Tindakan aparat ini disayangkan berbagai
pihak, salahsatunya disuarakan oleh Pusat Advokasi Hukum dan Hak Asasi Manusia
Indonesia (PAHAM). PAHAM sebut jangan sampai temuan tersebut membuat pelapor
Dewi Septiani trauma, apalagi sampai merasa menerima intimidasi dari aparat.
“Bila
hal ini terjadi, orang akan cenderung abai dan tidak mau melapor apabila
melihat sebuah kejahatan,” tegas Sekjend Pusat Advokasi Hukum dan Hak Asasi
Manusia Indonesia (Paham), Rozaq Asyhari, dalam siaran persnya (Kamis, 28/5). Dia
mengungkapkan, apa yang dilakukan Ibu Dewi adalah tindakan konsumen yang baik.
Itu adalah upaya preventif untuk menghindarkan masyarakat dari bahaya buruk
bahan makanan yang diduga dari platik. Oleh karenanya, langkah waspada yang
demikian harus dicontoh oleh anggota masyarakat lainnya.
“Bahwa
yang dilakukan oleh Dewi Septiani adalah early warning, yang seharunya
merupakan kewajiban apparat terkait untuk menindaklanjuti,” ungkapnya.
PAHAM
menyayangkan adanya dugaan intimidasi yang dialami oleh Ibu Dewi. Karena yang
dilakukan Ibu Dewi sudah sesuai dengan ketentuan pasal 165 KUHP. Dimana ada
kewajiban bagi setiap orang untuk melaporkan kepada polisi jika mengetahui
terjadinya suatu tindak kejahatan. Walaupun dalam Pasal 165 KUHP tersebut hanya
disebutkan beberapa pasal tindak kejahatan.
“Namun
secara umum, hal ini merupakan suatu upaya untuk mencegah terjadinya suatu
tindak kejahatan,” terang kandidat Doktor dari Fakultas Hukum Universitas
Indonesia ini. Karena itu PAHAM mendorong agar Kapolri memberikan penghargaan
kepada Dewi Septiani dan memberikan sanksi kepada oknum yang diduga
mengintimidasi.
“Saya
rasa layak Pak Badrodin Haiti memberikan penghargaan kepada Bu Dewi. Karena
sebagai warga negara yang baik telah memberikan laporan sebagai bentuk
kewaspadaan sesuai dengan ketentuan pasal 165 KUHP. Hal ini untuk merangsang
agar masyarakat peduli dengan persoalan hukum yang ada di sekitarnya. Disisi
lain, apabila memang terbukti ada oknum aparat yang melakukan intimidasi
selayaknya pula Kapolri berikan teguran atau sanksi”, tegasnya.
Meskipun Presiden Jokowi menyatakan bahwa isu
beredarnya beras plastik ini jangan terlalu dibesar-besarkan, namun sudah
terlanjur menyebar dan meresahkan masyarakat. Nasi yang berasal dari beras,
makanan pokok rakyat Indonesia, terduga tercampur dengan plastik yang bentuk
dan warnanya menyerupai beras. Secara terpisah, Kementerian Pertanian (Kemtan)
menyatakan dugaan beras plastik yang ditemukan di Bekasi, Jawa Barat itu masuk
ke Indonesia secara ilegal.
Beras yang mengandung zat berbahaya tidak mungkin
mendapat izin beredar. “Itu jelas ilegal dan itu bentuk kriminal. Itu kan
plastik tidak sehat,” ujar Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian
Pertanian, Hasil Sembiring. Isu tentang beras plastik ini sudah menyebar ke semua
pedagang yang ada di Pasar Induk Tanah Tinggi. Para pedagang menyesalkan
tindakan pihak yang membuat beras plastik tersebut.
Penelusuran
menggunakan teknik pencarian Google Trend, isu beras plastik di Indonesia sudah
terekam sejak tahun 2012 dengan mengutip pemberitaan yang ada di media
Tiongkok. Di negeri Tiongkok, isu beras plastik ternyata sudah marak sejak
tahun 2011.
Waktu
itu, media AsiaNews.it yang memberitakan beras plastik dengan judul "Beras
Plastik Buatan Taiyuan". Disebutkan, beras plastik dibuat dengan cara
mencampurkan kentang dengan resin sintetis. "Beras ini murah, tetapi bisa
menciptakan profit tinggi. Namun, bahan resin ini sulit dicerna dan seperti
memakan plastik," begitu AsiaNews.it melaporkan pada 2011.
Beras
plastik sejak tahun 2011 dikabarkan telah dijual di Taiyuan, salah satu kota di
Tiongkok, di Provinsi Shaanxi. Beras palsu ini tetap keras setelah dimasak dan
sulit dicerna. Namun, karena biaya produksi rendah, beras ini terus diproduksi.
Asosiasi
Restoran Tiongkok, seperti dikabarkan AsiaNews.it, memberi pengandaian; memakan
tiga piring nasi yang terbuat dari beras sintetis ini sama dengan memakan satu
tas plastik. Disebutkan, investigasi terhadap kasus ini sudah dimulai sejak
tahun 2011.
Isu
internasional dengan kata kunci plastic rice ternyata sudah muncul
sejak tahun 2007. Kompas menyertakan grafik perbandingan tren
pencarian antara kata kunci "beras plastik" dengan plastic rice sejak
tahun 2007 hingga kini. Terlihat bahwa masalah ini semakin lama semakin menjadi
isu internasional yang meluas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar